Sabtu, 07 Juli 2012

LOGIKA MENGENAI JODOH 

Tidak ada yang dapat memungkiri, bahwa jodoh dari setiap manusia telah ditentukan oleh Tuhan. Namun demikian, terkadang sebagian dari kita masih saja tidak bisa mengerti bagaimana sebenarnya jodoh itu dipilihkan untuk kita.

Berikut saya kutipkan sebuah tulisan dan nasihat yang sangat baik sekali dari bapak Mario Teguh mengenai Jodoh yang dipersiapkan untuk kita. Semoga kita mendapatkan yang terbaik dari yang telah dipersiapkan :)

"YANG DI TANGAN TUHAN ATAU YANG DI TANGANMU.

Seperti segala sesuatu di alam ini, semua jodoh ada di tangan Tuhan, dari yang paling baik sampai yang paling bermasalah.

Nah, kalau kita malas meminta dan mengupayakan untuk diberikan jodoh yang baik, bisa-bisa kita tidak dapat apa-apa, atau kalau dapat pun - dapat yang sama malasnya dengan kita.

Jika cara kita tidak baik dalam meminta dan mengambil jodoh dari tangan Tuhan, bisa-bisa yang terambil adalah yang bermasalah dan yang hanya akan menyiksa hati.

Tapi khan sudah ada hukumnya, bahwa 

Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan sebaliknya.

Itu sebabnya,

Laki-laki yang baik akan berhati-hati meminta dan mengambil pilihan jodoh yang ada di tangan Tuhan.

Nah, wanita yang sedang ada di tangan Tuhan, yang sedang diminta oleh seorang laki-laki - tidak boleh melompat dengan tergesa-gesa melepaskan diri dari genggaman Tuhan, karena bisa-bisa jatuh ke cengkeraman laki-laki penjahat cinta.

Nah lho? Kalau sudah begitu, salah siapa?

Jadi, sebetulnya setiap orang adalah jodoh yang sedang berada di tangan Tuhan.

Setiap orang sedang menunggu pasangan yang sesuai dengan kebaikannya.

Setiap orang hanya sesuai dengan jodoh yang keindahannya sebanding dengan keindahan dirinya.

Tapi bagaimana dengan wanita baik yang ‘berjodoh’ dengan laki-laki yang palsu dan penyiksa?

Hmm … untuk ini, hukumnya bukan yang di atas, tapi yang satu ini, yaitu:

Jika engkau meminta, Tuhan akan memberi.

Lha … kalau ada orang baik, tapi memaksa meminta jodoh yang tidak baik, melanggar semua aturan, mengabaikan nasihat orang tua dan tetua, maka bisa saja Tuhan mengijinkan wanita baik untuk menikahi laki-laki tidak baik, karena sang wanita demikian memaksa.

Nah lho? Terus bagaimana?

Maka jika engkau meyakini bahwa jodoh itu ada di tangan Tuhan, bangunlah pribadi yang pantas untuk menerima jodoh yang baik, yang kau minta dari Tuhan.

Tapi, jika kau yakini bahwa Tuhan memberikan jodoh yang sesuai dengan keindahan jiwamu, maka sesungguhnya keputusan untuk memilih siapa yang sesuai denganmu, adalah keputusanmu.

Dengannya, jodohmu sebetulnya ada di tanganmu, ada di dalam keputusanmu, dan Tuhan tinggal menyetujui.

Jadi bisa ada dua sudut pandang;

Yang pertama, jodoh itu ada di tangan Tuhan, lalu kita yang minta dan memantaskan diri untuk menerima yang terbaik, atau

Yang kedua, jodoh itu ada di tanganmu, engkau yang memilih, dan Tuhan yang menyetujui.

Tak masalah apakah kau pilih sudut pandang yang pertama atau kedua, yang paling penting adalah kualitas dirimu, yaitu kepantasanmu untuk dihadiahi oleh Tuhan jodoh yang sebaik-baiknya.

Semoga dengan ini, lebih jelas bagimu apa saja yang harus kau indahkan pada hati, pikiran, dan perilakumu - agar engkau dibahagiakan oleh Tuhan dalam kehidupan dengan belahan jiwamu, yang bersamanya engkau membangun kehidupan yang damai, berbahagia, dan sejahtera, sampai bercucu dan bercicit.

Aamiin"


Farizki Fajrin
Human Resource & Communication Developer
@farizki_fajrin
www.insaniIndonesia.com

Jumat, 29 Juni 2012

Kepribadian menurut golongan darah

Mungkin, sebagian dari kita termasuk saya, bertanya-tanya apa maksud dari golongan darah kita yang berbeda-beda? Ternyata, perbedaan golongan darah juga mempengaruhi kepribadian kita.

Berikut, hasil penelitian yang telah dirangkum menjadi suatu keterangan yang menarik :)

Golongan darah A
Biasanya orang yang bergolongan darah A berkepala dingin, serius, sabar dan kalem atau cool, bahasa kerennya. Berkarakter tegas, bisa diandalkan dan dipercaya meski keras kepala. Sebelum melakukan sesuatu dipikirkan terlebih dulu dan direncanakan dengan matang.

Mereka mengerjakan segalanya dengan sungguh-sungguh dan konsisten, berusaha membuat diri sewajar mungkin. Mereka bisa kelihatan menyendiri dan jauh dari orang-orang. Mereka mencoba menekan perasaan mereka dan karena sering melakukannya jadi terlihat tegar kendati sebenarnya punya sisi yang lembek seperti gugup dan lain-lain sebagainya. Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang tak sependapat sehingga cenderung berada di sekitar orang-orang yang ber’temperamen’ sama.

Golongan darah B
Orang bergolongan darah B cenderung penasaran dan tertarik pada segalanya. Mereka juga cenderung punya terlalu banyak kegemaran dan hobi. Kalau sedang suka dengan sesuatu biasanya mereka menggebu-gebu tapi cepat juga bosan. Namun mereka bisa memilih mana yang lebih penting dari sekian banyak hal yang dikerjakannya. Mereka cenderung ingin jadi nomor satu dalam berbagai hal ketimbang hanya dianggap rata-rata. Tapi biasanya mereka cenderung melalaikan sesuatu jika terfokus dengan kesibukan yang lain. Dengan kata lain, mereka tak bisa mengerjakan sesuatu secara berbarengan.

Mereka dari luar terlihat cemerlang, riang, bersemangat dan antusias. Namun sebenarnya hal itu semua sama sekali berbeda dengan yang ada dalam diri mereka. Mereka bisa dikatakan sebagai orang yang tak ingin bergaul dengan banyak orang.

Golongan darah O
Orang yang bergolongan darah O biasanya berperan dalam menciptakan gairah untuk suatu grup selain menciptakan keharmonisan di antara para anggota grup tersebut. Figur mereka terlihat sebagai orang yang menerima dan melaksanakan sesuatu dengan tenang.

Mereka pandai menutupi sesuatu sehingga kelihatan selalu riang, damai dan tak punya masalah sama sekali. Tapi kalau tak tahan, mereka pasti akan mencari tempat atau orang untuk curhat (tempat mengadu).

Mereka biasanya pemurah (baik hati), senang berbuat kebajikan dan tak segan-segan mengeluarkan uang untuk orang lain. Mereka sebenarnya keras kepala juga, dan secara rahasia punya pendapatnya sendiri tentang berbagai hal. Di lain pihak, mereka sangat fleksibel dan mudah menerima hal-hal baru.

Mereka cenderung mudah dipengaruhi oleh orang lain, begitu juga yang mereka lihat dari TV. Terlihat berkepala dingin dan terpercaya tapi sering tergelincir dan membuat kesalahan besar karena kurang hati-hati. Tapi hal itu yang menyebabkan orang yang bergolongan darah O ini dicintai.

Golongan darah AB
Orang bergolongan darah AB ini punya perasaan sensitif dan lembut. Mereka penuh perhatian dengan perasaan orang lain dan selalu menghadapi orang lain dengan kepedulian serta hati-hati.

Di samping itu mereka keras dengan diri sendiri, dan dengan orang-orang yang dekat dengannya. Mereka jadi cenderung kelihatan mempunyai dua kepribadian, sering menjadi orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu dalam.

Mereka punya banyak teman, tapi mereka butuh waktu untuk menyendiri untuk memikirkan persoalan-persoalan mereka.


tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia, melainkan memiliki maksud maupun manfaat padanya.

Satu kutipan yang perlu kita ingat,
"janganlah mengeluhkan tentang kelemahanmu, tapi syukurilah setiap kelebihanmu"

Salam inspiring!

Farizki Fajrin
Human & Communication Developer
@farizki_fajrin
www.InsaniIndonesia.com

Selasa, 26 Juni 2012

"get busy living, or get busy dying"

Kutipan dari seorang sahabat dekat saya, yang telah lama saya liat sebenarnya, namun baru saya pahami begitu dalam ternyata makna yang terkandung di dalamnya..

Lalu, apa maknanya?

Mungkin kita sudah sering dengar, kutipan ini, "semua akan indah pada waktunya". Ya, Manusia, kita sebagai manusia, hakikatnya di dunia ini tugasnya adalah menunggu. Menunggu di-baik-kan kehidupannya oleh Tuhan, menunggu di-baik-kan rezekinya oleh Tuhan, dan menunggu waktu yang ditentukan Tuhan untuk mendapatkan segala kebaikan dari-Nya.

Namun di dalam penantiannya tersebut, ada yang menunggunya dengan berusaha, bekerja keras agar di-Cintai Tuhan, sehingga disegerakan oleh Tuhan kebaikan dan perubahan nasib baginya. Sedang sebagian yang lain, hanya menunggu, dengan mengiringi waktu yang terus berputar, berdiam diri dalam kepasrahannya, sehingga dijauhkan baginya kebaikan kualitas hidup.

Bersegeralah, karena cara terbaik untuk memulai, adalah Memulainya.

So,

Get busy living, or get busy dying?


#LetsGrowTogether

Thanks to Bonita Arinida.

Farizki Fajrin
Human Resource & Communication Developer
@farizki_fajrin
www.InsaniIndonesia.com

Minggu, 24 Juni 2012

Stay Hungry, Stay Foolish

Seringkali kita berhenti dari usaha kita untuk mencapai keberhasilan bukan karena kita tidak mampu melakukannya, melainkan justru karena tidak dapat MENIKMATI-nya. Dan kemudian, tidak lain hanya akan ada satu yang kita jadikan kambing hitam dalam setiap kegagalan kita.. Keadaan.

Sahabat, sungguh dalam istirahatnya yang damai, Steve Jobs telah meninggalkan pelajaran yang sangat berharga dari hidupnya yang penuh dengan perjuangan, yang ia sampaikan dalam pidatonya di acara wisuda dari salah satu universitas terbaik di dunia, saat Pertama kalinya, ia merasakan sedekat itu dengan acara yang tidak pernah dirasakannya..

Bacalah sahabat..

"I am honored to be with you today at your commencement from one of the finest universities in the world. I never graduated from college. Truth be told, this is the closest I've ever gotten to a college graduation. Today I want to tell you three stories from my life. That's it. No big deal. Just three stories.

The first story is about connecting the dots.

I dropped out of Reed College after the first 6 months, but then stayed around as a drop-in for another 18 months or so before I really quit. So why did I drop out? It started before I was born. My biological mother was a young, unwed college graduate student, and she decided to put me up for adoption. She felt very strongly that I should be adopted by college graduates, so everything was all set for me to be adopted at birth by a lawyer and his wife. Except that when I popped out they decided at the last minute that they really wanted a girl. So my parents, who were on a waiting list, got a call in the middle of the night asking: "We have an unexpected baby boy; do you want him?" They said: "Of course." My biological mother later found out that my mother had never graduated from college and that my father had never graduated from high school. She refused to sign the final adoption papers. She only relented a few months later when my parents promised that I would someday go to college. And 17 years later I did go to college. But I naively chose a college that was almost as expensive as Stanford, and all of my working-class parents' savings were being spent on my college tuition. After six months, I couldn't see the value in it. I had no idea what I wanted to do with my life and no idea how college was going to help me figure it out. And here I was spending all of the money my parents had saved their entire life. So I decided to drop out and trust that it would all work out OK. It was pretty scary at the time, but looking back it was one of the best decisions I ever made. The minute I dropped out I could stop taking the required classes that didn't interest me, and begin dropping in on the ones that looked interesting. It wasn't all romantic. I didn't have a dorm room, so I slept on the floor in friends' rooms, I returned coke bottles for the 5¢ deposits to buy food with, and I would walk the 7 miles across town every Sunday night to get one good meal a week at the Hare Krishna temple. I loved it. And much of what I stumbled into by following my curiosity and intuition turned out to be priceless later on. Let me give you one example: Reed College at that time offered perhaps the best calligraphy instruction in the country. Throughout the campus every poster, every label on every drawer, was beautifully hand calligraphed. Because I had dropped out and didn't have to take the normal classes, I decided to take a calligraphy class to learn how to do this. I learned about serif and san serif typefaces, about varying the amount of space between different letter combinations, about what makes great typography great. It was beautiful, historical, artistically subtle in a way that science can't capture, and I found it fascinating. None of this had even a hope of any practical application in my life. But ten years later, when we were designing the first Macintosh computer, it all came back to me. And we designed it all into the Mac. It was the first computer with beautiful typography. If I had never dropped in on that single course in college, the Mac would have never had multiple typefaces or proportionally spaced fonts. And since Windows just copied the Mac, it's likely that no personal computer would have them. If I had never dropped out, I would have never dropped in on this calligraphy class, and personal computers might not have the wonderful typography that they do. Of course it was impossible to connect the dots looking forward when I was in college. But it was very, very clear looking backwards ten years later. Again, you can't connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. You have to trust in something — your gut, destiny, life, karma, whatever. This approach has never let me down, and it has made all the difference in my life.

My second story is about love and loss.

I was lucky — I found what I loved to do early in life. Woz and I started Apple in my parents garage when I was 20. We worked hard, and in 10 years Apple had grown from just the two of us in a garage into a $2 billion company with over 4000 employees. We had just released our finest creation — the Macintosh — a year earlier, and I had just turned 30. And then I got fired. How can you get fired from a company you started? Well, as Apple grew we hired someone who I thought was very talented to run the company with me, and for the first year or so things went well. But then our visions of the future began to diverge and eventually we had a falling out. When we did, our Board of Directors sided with him. So at 30 I was out. And very publicly out. What had been the focus of my entire adult life was gone, and it was devastating. I really didn't know what to do for a few months. I felt that I had let the previous generation of entrepreneurs down - that I had dropped the baton as it was being passed to me. I met with David Packard and Bob Noyce and tried to apologize for screwing up so badly. I was a very public failure, and I even thought about running away from the valley. But something slowly began to dawn on me — I still loved what I did. The turn of events at Apple had not changed that one bit. I had been rejected, but I was still in love. And so I decided to start over. I didn't see it then, but it turned out that getting fired from Apple was the best thing that could have ever happened to me. The heaviness of being successful was replaced by the lightness of being a beginner again, less sure about everything. It freed me to enter one of the most creative periods of my life. During the next five years, I started a company named NeXT, another company named Pixar, and fell in love with an amazing woman who would become my wife. Pixar went on to create the worlds first computer animated feature film, Toy Story, and is now the most successful animation studio in the world. In a remarkable turn of events, Apple bought NeXT, I returned to Apple, and the technology we developed at NeXT is at the heart of Apple's current renaissance. And Laurene and I have a wonderful family together. I'm pretty sure none of this would have happened if I hadn't been fired from Apple. It was awful tasting medicine, but I guess the patient needed it. Sometimes life hits you in the head with a brick. Don't lose faith. I'm convinced that the only thing that kept me going was that I loved what I did. You've got to find what you love. And that is as true for your work as it is for your lovers. Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven't found it yet, keep looking. Don't settle. As with all matters of the heart, you'll know when you find it. And, like any great relationship, it just gets better and better as the years roll on. So keep looking until you find it. Don't settle.

My third story is about death.

When I was 17, I read a quote that went something like: "If you live each day as if it was your last, someday you'll most certainly be right." It made an impression on me, and since then, for the past 33 years, I have looked in the mirror every morning and asked myself: "If today were the last day of my life, would I want to do what I am about to do today?" And whenever the answer has been "No" for too many days in a row, I know I need to change something. Remembering that I'll be dead soon is the most important tool I've ever encountered to help me make the big choices in life. Because almost everything — all external expectations, all pride, all fear of embarrassment or failure - these things just fall away in the face of death, leaving only what is truly important. Remembering that you are going to die is the best way I know to avoid the trap of thinking you have something to lose. You are already naked. There is no reason not to follow your heart. About a year ago I was diagnosed with cancer. I had a scan at 7:30 in the morning, and it clearly showed a tumor on my pancreas. I didn't even know what a pancreas was. The doctors told me this was almost certainly a type of cancer that is incurable, and that I should expect to live no longer than three to six months. My doctor advised me to go home and get my affairs in order, which is doctor's code for prepare to die. It means to try to tell your kids everything you thought you'd have the next 10 years to tell them in just a few months. It means to make sure everything is buttoned up so that it will be as easy as possible for your family. It means to say your goodbyes. I lived with that diagnosis all day. Later that evening I had a biopsy, where they stuck an endoscope down my throat, through my stomach and into my intestines, put a needle into my pancreas and got a few cells from the tumor. I was sedated, but my wife, who was there, told me that when they viewed the cells under a microscope the doctors started crying because it turned out to be a very rare form of pancreatic cancer that is curable with surgery. I had the surgery and I'm fine now. This was the closest I've been to facing death, and I hope it's the closest I get for a few more decades. Having lived through it, I can now say this to you with a bit more certainty than when death was a useful but purely intellectual concept: No one wants to die. Even people who want to go to heaven don't want to die to get there. And yet death is the destination we all share. No one has ever escaped it. And that is as it should be, because Death is very likely the single best invention of Life. It is Life's change agent. It clears out the old to make way for the new. Right now the new is you, but someday not too long from now, you will gradually become the old and be cleared away. Sorry to be so dramatic, but it is quite true. Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma — which is living with the results of other people's thinking. Don't let the noise of others' opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary. When I was young, there was an amazing publication called The Whole Earth Catalog, which was one of the bibles of my generation. It was created by a fellow named Stewart Brand not far from here in Menlo Park, and he brought it to life with his poetic touch. This was in the late 1960's, before personal computers and desktop publishing, so it was all made with typewriters, scissors, and polaroid cameras. It was sort of like Google in paperback form, 35 years before Google came along: it was idealistic, and overflowing with neat tools and great notions. Stewart and his team put out several issues of The Whole Earth Catalog, and then when it had run its course, they put out a final issue. It was the mid-1970s, and I was your age. On the back cover of their final issue was a photograph of an early morning country road, the kind you might find yourself hitchhiking on if you were so adventurous. Beneath it were the words: "Stay Hungry. Stay Foolish." It was their farewell message as they signed off. Stay Hungry. Stay Foolish. And I have always wished that for myself. And now, as you graduate to begin anew, I wish that for you. Stay Hungry. Stay Foolish."


Keep inspiring, Lets Grow Together

Farizki Fajrin
Human Resource & Communication Developer
@farizki_fajrin
www.InsaniIndonesia.com

Selasa, 07 Februari 2012

Pagi hari, pagi yang cerah, udara yang sejuk dan kicauan burung, hal yang terbilang sangat sulit ditemui di jakarta mengantarkan saya menuju pintu gerbang Indonesia, bandara Soekarno Hatta..:) 

Ya  dalam bagian perjalanan pulang saya menuju jogja ini, saya ingin berbagi sedikit bahan perenungan yang seharusnya kita cermati sebagai manusia yang berhati lembut..

Egois.

Apa yang terlintas di benak anda saat mendengar kata itu? Sifat mau menang sendiri, keras kepala, tidak peduli dengan yang lain, hanya memikirkan diri sendiri, begitukah yang terpikirkan oleh anda? Hehe saya rasa semua orang sepakat tentang hal ini.

Lalu, ada apa dengan egoisme? Apakah dengan seluruh anggapan negatif tentangnya, egois menjadi hal yang harus benar-benar dihilangkan dari diri kita? 

Mari kita sama-sama merenungkan, kepada siapakah selama ini kita bersikap egois? Tidak lain dan tidak bukan saya rasa, kata egois hanya berlaku ketika kita menerapkannya kepada orang lain. Pernahkah terpikir bahwa harusnya egois itu kita terapkan untuk diri kita sendiri? :) 

Ya sifat mau menang sendiri, keras kepala, tidak peduli dengan yang lain dan lain sebagainya itulah yang bila kita terapkan  kepada orang lain, menjadikannya sesuatu yang sangat tidak disukai dan seharusnya dijauhi. Namun bila kita pikirkan mengenai diri kita sendiri, sifat-sifat keegoisan itu seharusnya kita terapkan terhadap diri kita untuk melawan seluruh sifat-sifat negatif, seperti menghilangkan rasa malas,  sifat emosional dan seluruh sifat-sifat yang merugikan kita. Demikianlah seharusnya bagaimana egoisme membentuk diri kita menjadi pribadi yang mulia, maka egoisme akan menjadi sifat yang sangat positif dan menjadi sifat terpenting yang harus kita miliki. :) 

Begitulah sahabat, seringkali kita egois terhadap orang lain untuk memaksa mereka menjadi seperti yang kita harapkan, menjadi pribadi yang baik dimata kita, namun kita melupakan untuk melihat diri kita sendiri dan bagaimana mereka melihat kita. 

Dan Pesan terakhir saya untuk kesempatan ini, 

"Maka, egoislah terhadap diri sendiri untuk menghilangkan sifat-sifat yang tidak memuliakan kita, untuk menjadikan kita menjadi pribadi yang layak untuk dicintai."

Salam inspiring! 

Jumat, 13 Januari 2012

Mulailah bisnis dengan CEPAT namun TEPAT!

Seringkali sebagian dari kita yang bersemangat untuk membuka bisnis, Kurang memperhatikan hal- hal yang penting karena dianggap merupakan hal yang sepele. Bahkan, mungkin karena begitu bersemangatnya, bisnis pun dibuka dengan asal-asalan atau gampangannya, "yang penting jalan".

Survey membuktikan, 90% bisnis yang dimulai, TUTUP di tahun pertama mereka. Hanya 10% yang sanngup bertahan hingga tahun berikutnya, dan hanya 5% yang kemudian dapat sustain dan bertahan lama hingga 5 tahun lebih. Nah, lalu apakah kita ingin termasuk didalam yang 90% itu?

Merencanakan sebuah bisnis sebelum membukanya, bukan berarti kita terus-menerus menghitungnya dan selalu berfokus pada kelemahan-kelemahan yang mungkin kita miliki. Dan memikirkan hal-hal lain yg mungkin tidak penting bagi bisnis kita. Namun merencanakannya dimaksudkan agar kita memiliki panduan agar kita tahu apa yang harus kita lakukan agar bisnis tersebut bisa berjalan. Buatlah rencana dengan bijak dan cermat tanpa membuang-buang waktu kita yang dapat menyebabkan bisnis kita tidak jalan-jalan pada akhirnya. Kita tidak harus memulai dengan sempurna, namun selalu Sempurnakanlah sambil berjalan..

Untuk itu, bila anda mempunyai ide bisnis yang akan anda jalankan, jawablah terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan ini sebelum anda memulainya, sebagai panduan anda untuk membuat rencana bisnis sederhana sebagai permulaan.

1. Apakah bisnis yang akan anda jalankan?

Hal ini berkaitan dengan VISI dari perusahaan anda. Mengapa anda memilih bisnis tersebut? Apakah tujuan anda menjalankan bisnis tersebut? Apakah manfaat yang dapat diberikan dari usaha yang anda jalankan kepada pelanggan anda nantinya? Apakah bisnis anda adalah bisnis musiman atau bisnis yang tidak terkait dengan waktu-waktu tertentu? Hal-hal tersebut akan memudahkan anda nantinya dalam menentukan strategi yang selanjutnya.

2. Siapakah pelanggan anda?

Tentukanlah target pasar anda. Untuk siapa produk yang anda produksi tersebut? Untuk tipe-tipe tertentu? Atau semua lapisan?

3. Mengapa pelanggan harus membeli produk anda?

Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, hal ini berkaitan dengan, manfaat apa yang akan didapat oleh pelanggan anda? Atau pengalaman menarik apa yang berusaha anda ciptakan untuk pelanggan anda?

4. Siapa Kompetitor anda?

Hal ini sangat penting untuk diketahui, siapakah yang menjadi kompetitor anda? Apakah masih tersedia pasar yang cukup luas Bagi anda untuk bersaing? Atau anda hanya membuka bisnis di pasar yang sebenarnya sudah mencapai titik kejenuhan?

5. Apakah keunggulan anda dibandingkan dengan kompetitor anda?

Dengan mengetahui keunggulan kita, kita dapat mengetahui apa nilai jual yang dapat kita maksimalkan dan promosikan kepada pelanggan kita.

6. Apakah kendala-kendala atau kelemahan yang mungkin bisa menghalangi anda?

Dengan mengetahui kelemahan dan kendala-kendala yang mungkin kita hadapi, maka kita dapat menentukan strategi-strategi untuk dapat mengatasinya. Sadarilah kelemahan kita terlebih dahulu, sehingga dapat sesegera mungkin menutupinya.

7. Apakah yang paling efektif dari bisnis anda?

Keefektifan akan meningkatkan kinerja perusahaan, yang artinya akan semakin meningkatkan profit usaha anda nantinya. Pelajari, kegiatan apa yang dapat meningkatkan penjualan? produk apa yang lebih disukai oleh pelanggan? Pelayanan seperti apa yang dapat menarik hati pelanggan? Dengan menentukannya dengan jelas, anda akan dapat meningkatkan keefektifan usaha anda, dan menghilangkan hal-hal yang tidak berkontribusi terhadap kemajuan bisnis anda.

Demikian sedikit sharing saya, semoga dapat membantu anda untuk memulai bisnis dengan cepat namun tepat!:)

Salam Inspirasi!